Seiring dengan waktu, pria-pria tersebut menjadi lebih kuat secara jasmani, dibanding wanita pada masa itu.
Tetapi pada saat ini, dengan adanya kesetaraan peran atau posisi, dimana wanita dapat mengubah pola hidup dengan kebiasaan olah raga, juga akan mempunyai jasmani yang cukup prima, yang bahkan tidak jarang dapat mengalahkan kondisi fisik pria.
Dengan demikian, dan memakai teori diatas, tentunya tidak berpihak kepada salah satu gender, tetap dapat dipakai sebagai bahan bincangan pada judul ini. Demi kesetaraan gender, maka kita dapat memposisikan peran wanita atau pria pada kekuatan fisik terlebih dahulu.
Dalam konteks kesamaan peran, dimana yang satu dan lainnya harus mengambil peran yang seimbang. Dengan prinsip keseimbangan, untuk dapat menghitungnya secara matematis, maka energi yang dikeluarkan oleh setiap insan dalam melaksanakan pekerjaan, tentunya harus menjadi dasar perhitungannya pula.
Dengan kesetaraan jasmani, maka tidak harus ada lagi kewajiban dari pria untuk mengerjakan hal-hal yang lebih berat dari wanita. Hal ini tentunya dapat dibicarakan, jika mereka merupakan pasangan yang demokratis.
Di lain pihak, sebaiknya masyarakat pun mulai mengerti kesetaraan tersebut secara umum, sehingga masyarakat tidak boleh menghakimi, pria yang tidak mau menolong wanita yang sedang kesulitan membawa barang yang berat, dalam konteks kesetaraan gender.
Seyogyanya kita sebagai insan manusia, apakah itu wanita atau pria, apakah tidak sebaiknya saling tolong-menolong. Tetapi bukan karena adanya dispensasi sosial yang berlaku selama ini.
Foto : Istimewa
Terus Membaca
Terus Membaca
Twitter : @Pasutri - Instagram : @xpasutri - Tik tok : @pasangansuamiistri - www.pasutri.web.id
Labels:
Susu Kaleng
Thanks for reading Susu Kaleng 4.2 : Kesetaraan Jasmani. Please share...!
0 Komentar untuk "Susu Kaleng 4.2 : Kesetaraan Jasmani"